Kamis, 05 April 2012
Sejumlah ilmuwan menilai Presiden
Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) ‘tertipu’ dalam kasus blue energy (energi
biru). Seorang pria asal Nganjuk, Joko Suprapto, mengaku bisa memproduksi minyak mentah dari
air. Dari biang minyak itu bisa dihasilkan bahan bakar sekelas minyak tanah
hingga avtur.
Presiden SBY yakin itu merupakan
sumbangan Indonesia
bagi dunia, di tengah makin meroketnya harga minyak. Sementara, negara dibikin
pusing tujuh keliling oleh dampak dari kenaikan itu. Karuan saja, sejumlah
pihak, termasuk para ilmuwan, menyesalkan informasi yang belum valid bisa
diterima oleh SBY. Kabarnya Joko kini dilaporkan ke polisi.
Penipu ‘masuk Istana’ ternyata punya
sejarah yang cukup panjang. Baiklah kita mulai pada tahun
1950-an, pada masa pemerintah Presiden Soekarno. Ada seseorang yang mengaku
Raja Kubu — suku anak dalam di Jambi. Tidak tanggung-tanggung, dia memberi
gelar dirinya Raja Idrus dan istrinya Ratu Markonah.
Pasangan ‘suami istri’ itu, entah
bagaimana prosesnya, mendapat pemberitaan pers, termasuk foto-foto keduanya.
Maka, sejumlah pejabat negara memberikan penghormatan luar biasa pada ‘raja’ dan
‘ratu’ tersebut.
Rupanya ada seorang pejabat yang
menghubungi Presiden Soekarno dan kemudian memperkenalkannya. Di Istana,
‘suami-istri’ yang sebenarnya adalah penarik becak dan pelacur itu sempat
diterima sebagai tamu kehormatan di Istana Merdeka. Mereka juga diberi uang,
menginap dan makan gratis di hotel-hotel mewah. Termasuk mengunjungi Kraton
Yogyakarta dan Surakarta.
Kedok penipuan mereka terbongkar
saat berjalan-jalan di Jakarta. Ada seorang tukang becak yang mengenali ‘Raja’
Idrus, teman seprofesinya di Tegal. Sedang sang ‘maharani’ juga terbongkar
berprofesi sebagai pelacur kelas bawah di kota yang sama. Konon, keduanya
bertemu di sebuah warung kopi di Tegal. Kemudian sepakat untuk menjalankan aksi
penipuan itu. Keistimewaan Markomah selalu memakai kaca mata hitam baik siang
maupun malam. Rupanya sebelah matanya picek.
Pada masa Soeharto, di era 1970-an,
juga terjadi penipu kelas kakap. Penipunya bernama Cut Zahara Fona, asal Aceh.
Meski tidak tamat SD, dia memiliki ide jenius. Dia, yang selalu mengenakan kain
batik, mengklaim bahwa janin yang ada diperutnya bisa berbicara dan mengaji.
Karuan saja, kabar itu menggegerkan
masyarakat, apalagi diberitakan secara
luas di surat kabar dan majalah. Konon, tiras sebuah harian ibukota terdongkrat
naik, karena tiap hari membuat berita tentang ‘bayi ajaib’ di perut Cut Zahara.
Masyarakat yang banyak berdatangan
pun rela untuk nguping di perutnya yang dilapisi kain untuk mendengar ‘bayi
ajaib’ itu berbicara atau mengaji. Bukan hanya rakayat biasa, ada juga pejabat
yang meyakininya. Termasuk Wakil Presiden Adam Malik yang mengundang Cut Zahara
ke Istana Wapres. Bahkan, Menteri Agama KH Mohamad Dachlan termasuk orang yang
meyakininya. Untuk meyakininya, ia menyatakan bahwa Imam Syafi’ie selama tiga
tahun berada di kandungan ibunya.
Cut Zahara Fona dan suaminya pernah
diperkenalkan oleh Sekdalopbang (Sekretaris Pengendalian Pembangunan) Bardosono
kepada Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto. Perkenalan ini dilakukan di
Bandara Kemayoran setelah keduanya tiba dari lawatan luar negeri. Tapi, rupanya
Ibu Tien termasuk orang yang kurang yakin terhadap ‘bayi ajaib’-nya Cut Zahara
Fona. Apalagi wanita Aceh itu menolak ketika hendak diperiksa di RSCM.
Konon, Ibu Tienlah yang menggeledah
dan mendapatkan bahwa bicara dan mengaji itu hanya berasal dari tape recorder
kecil yang disisipkan di perut Cut Zahara. Kala itu memang belum banyak perekam
suara sekecil milik Cut.
Meskipun kedoknya terbongkar, ‘bayi
ajaib’ tersebut bukan hanya mendapat perhatian masyarakat Indonesia, tapi juga
dunia internasional. Hingga ada permintaan dari Pakistan agar Cut dan suaminya
berkunjung ke sana. Bahkan, ada yang meramal ‘bayi ajaib’ itu, bila lahir akan
menjadi Imam Mahdi.
Setelah tidak terdengar kasus Istana
pada masa Presiden BJ Habibie, yang memang pendek masa jabatannya, pada masa
Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) kembali terjadi penipuan yang mengaitkan
Istana Negara. Pelakunya adalah Soewondo, yang biasa keluar masuk Istana karena
jadi tukang pijat Gus Dur.
Orang yang dianggap ‘dekat’ dengan
orang nomor satu di Indonesia itu berhasil menipu Yayasan Dana Kesejateraan
Karyawan (Yanatera) Badan Urusan Logistik (BULOG) dan dituduh membobol uang
yayasan hingga Rp 35 miliar. Soewondo sempat kabur, namun kemudian ditangkap
polisi di kawasan Puncak, Jawa Barat. Pengadilan memvonisnya 3,5 tahun penjara.
Kasus tersebut sempat menyita
perhatian khalayak dan menjadi senjata pamungkas bagi lawan-lawan politik Gus
Dur, yang membantah telah memerintahkan pencarian dana itu. Namun, akhirnya Gus
Dur lengser juga dari jabatannya gara-gara kasus yang dikenal dengan istilah
Buloggate tersebut.
Pada masa Presiden Megawati, skandal
‘penipuan’ kembali terjadi. Kali ini yang diperdaya adalah Menteri Agama Kiai
Said Agil Almunawar. Menteri yang bergelar profesor dan hafidz Alquran ini
memimpin penggalian situs di Batutulis Bogor yang diyakini memendam harta karun
yang nilainya dapat untuk membayar seluruh utang negara.
Menurut Said Agil, Presiden Megawati
mengetahui rencana penggalian situs bersejarah yang konon peninggalan Kerajaan
Pajajaran itu. Sayangnya, harta karun yang dicari hanya pepesan kosong. Said
Agil sendiri kini masih ditahan dalam kasus tuduhan korupsi uang haji.
Moga-moga penghuni Istana yang
menjadi lambang kebanggaan bangsa, negara dan rakyat Indonesia, itu tidak lagi
menjadi korban penipuan.
sumber: www.lintasunik.com
0 komentar:
Posting Komentar